Sabtu, 21 Januari 2012

Kisah Cinta


Teringat Akan Kenagan Bersamamu
Q mengenalmu bukan baru kemarin,
Q mengenalmu sudah terlalu lama
Q mengenalmu karna kamu menyayangi q
dan bilang cinta pada q

Jika q menyukaimu, q lebih menyukaimu
Ketika kau pertama suka dengan q
Jika q memilih, q lebih memilih
Pertama qt saling menyayangi

Q sayang kamu,
Pi, q ingin seperti dulu  kamu menyayangi q
Q rindu kamu,
Pi, q ingin rindu seperti  dulu kamu rasakan dgn q


Jumat, 20 Januari 2012

Kisah Cinta


Tadi malam..
    CINTA Tapi APA?
 
Tau kah kamu?
Jika bermain Cinta dengan q
Pasti akan merasakan
Pernah tersenyum, tertawa
Dan menagis
Menjadi kering karna tertawa,
Menjadi basah karna menagis
Menjadi manis karna tersenyum

Tapi apa?
Bukan penyesalan yg ingin q raih
Tapi kebahagian bersamamu yg ingin q raih

Tapi apa?

Berita Romantika


Mencari Jodoh Hingga Ujung Usia
Jodoh kadang sulit dicari dan kadang tidak terduga ada didepan mata. Bahkan mereka ada yang setres mencari jodohnya.
Susi (23) adalah salah satu contohnya. Dia anak ke enam dari tujuh saudara. Semua kakaknya sudah berkeluarga. Hanya Susi dan Adiknya Melati (17) yang belum menikah. Dengan umurnya sekarang, Ia sudah pas untuk menikah. Bahkan sudah dijuluki perawan tua karena tinggal di desa yang kebanyakan nikah muda.
Perempuan seumuran Susi banyak yang sudah menikah, bahkan sudah memiliki anak. Kehawatiran ini di awali karena kakak pertama Susi, yaitu Ani (42) menikah pada umur 26 tahun. Perasaan malu karena di cap sebagai perawan tua tidak ingin terulang pada Susi.
Ani pun mengenalkan Susi dengan Ali (26). Yang bekerja sebagai guru di Lampung Sumatera Barat. Ali merupakan ponakan dari suami Ani.
Ani tidak sia-sia memperkenalkan keduanya. Susi dan Ali berkenalan selama dua minggu  kemudian memutuskan bertunangan.
Perasaan Susi sangat bahagia. Kini ia tidak akan menjadi perawan tua lagi. Ia dan keluarganya mulai mempersiapkan pernikahan. Sedangkan Ali harus kembali ke Lampung untuk meneruskan pekerjaanya.
Meski Susi dan Ali berjauhan karena terpisah jarak yang terbentang luas. Keduanya tidak merasa kesulitan. Apalagi dengan kecanggihan elektronik seperti via telepon. Keduanya selalu memberi kabar tentang kesiapan pernikahannya. Bahkan Ali sering mengirim uang pada Susi.
Dua bulan menjelang pesta pernikahan Susi ingin memberi kabar pada Ali bahwa jas pernikahannya sudah jadi. Ia  mencoba-coba jasnya di depan kaca.
Siang hari setelah sholat dzuhur ia menunggu telepon dari Ali. Biasanya Ali selalu telpon pada jam-jam itu.
Siang itu bagai petir tanpa hujan. Yu Ani yang ia sapa, datang menangis dan memeluk dirinya dengan kuat. “sabar ya ndok, sabar, sing ikhlas”. Susi tidak mengerti maksud ucapan kakaknya.
Hari sepertinya tidak hujan, tapi begitu mendung dan gelap ketika Yu Ani mengatakan pernikahannya dengan Ali dibatalkan alias tidak jadi menikah. Susi tidak percaya dan menampis omongannya. Ibu Susi juga tidak tega membenarkan perkataan Yu Ani.
Tetapi setelah mendengar bahwa Ali sekarang sedang dihadapkan dengan masa karena menghamili teman kerjanya. Susi lemas dan pingsan tak sadarkan diri.
Begitu tidak manusiawi. Ali yang akan pulang karena akan segera menikah dengan Susi di kroyok masa hingga babak belur. Dan pernikahan yang akan di langsungkan dua bulan lagi pun tidak dipertanggungjawabkan.
Ali disuruh menikahi gadis itu tanpa memikirkan perasaan Susi. Ali dan keluarganya meminta maaf lewat telepon. Begitu kejam dan tega pada Susi. Tetapi Susi selalu diberi semangat oleh keluarganya.
Ani sebagai orang yang memperkenalkan Susi kepada Ali begitu merasa bersalah. Ani dan suaminya meminta maaf pada Susi dan berharap kebahagian untuk adiknya yang malang.
Dua bualan, tiga bulan sampai enam bulan Susi baru menghilangkan rasa trauma dan mencoba membuka hatinya. Sempat berpikir apakah ia akan dijuluki sebagai perawan tua lagi.
Kadang perasaan itu begitu menjengkelkan bahkan terkadang Susi menjerit sendiri jika teringat nasib buruk yang ia alami.
Satu tahun berlalu, jodoh Susi tak kunjung datang. Omomngan tetangga mulai terdengar di telingganya. “sudah tua belum menikah, bakalan jadi perawan tua”.
Siang hari Ibu Susi mengajak bicara. Tidak biasanya, setelah Susi tidak jadi menikah keluarganya tidak pernah menanyakan apakah Susi ingin menikah. Karena takut menyinggung perasaan Susi.
Setelah setahun masa buruk, Susi ingin melanjutkan mencari jodohnya. Susi sadar bahwa dengan Ibunya menanyakan seperti itu karena omongan dari tetangga. “Ibu mungkin merasa malu punya anak yang menjadi perawan tua”. Pikirnya.
Setelah sholat maghrib Ibunya mengulagi pertanyaan tadi siang. “Nok, kamu dah pengin nikah?” Susi pun meng-ia-kan.
Susi sempat menangis, ketika Yu Ani menanyakan hal yang sama kepadanya. Ini pertanyaan atau sebuah sindiran untuknya.
Ba’da isya pertanyaan itu terjawab sudah. Ternyata malam itu ada yang ingin melar Susi. Agus yang di wakili oleh pamannya datang sekaligus membawa cincin tunangan.
Susi terkejut dan meneteskan air mata. Perasaan bahagia tak mampu ia lontarkan. Lantasan lelaki yang melamarnya adalah Agus. Tetangganya yang terkenal dengan keluarga kaya dan terhormat di masyarakat. Susi pun meng-ia-kan lamaran itu. “Memang kalo jodoh tak lari kemana, tapi harus dicari dulu”. (Umi)